Share

Archive for Januari 2012

Pada era tahun 70 an kursi kelasik sangat diminati masyarakat konon jenis kursi yang satu ini sangat indentik dengan kalangan atas kalau ditilik dari sejarah

hal ini mungkin saja terjadi mengingat kursi klasik sangat lazim digunakan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di nusantara.
Bahkan sampai sekarangpun kursi klasik masih memiliki tempat di hati masyarakat mengingat sangkin menjamurnya perajin furniture asal jepara yang menawarkan kursi lemari bufet, hingga tempat tidur yang menawarkan dengan disain klasik yang mewah.
Hanya saja kursi klasik khas jepara ini sudah dimondifikasi sedemikian rupa sehingga cocok juga ditempatkan dirumahrumah tropis dengan luas yang tidak terlalu besar. Seperti halnya kursi gaya regency versi jepara yang mengadopsi ekspresi Regency dengan gaya prancis yang muncul pada tahun 1810-1837 dan smpat mencuat dimasa transisi periode Barok kepriode rokoko
agar tak salah pilih berikut ada beberapa tip memiliki kursi klasik antara lain ;
1, Pilih gaya furnitur yang sesuai dengan gaya arsitektur bangunan rumah
2. Selaraskan pula kursi klasik pilihan anda dengan ineroir yang ada dirumah
3. Perhatikan secara cermat apakah pada kursi klasik pilihan anda ada cacat atau retak pada bagian ukirannya, jika cacat tersebut menggangu tampilan kursi atau mempengaruhi kekokohan konstruksi kursi sebaiknya alihkan pilihan pada kursi lainnya.
4. Sebaiknya pilih kursi klasik yang berkwalitas tinggi. Umumnya terbuat dari kayu jati yang sudah tua.
5. jika penjual mengatakan kursi klasik idaman anda tergolong barang antik, tanyakankeasliannya9 benar-benar asli atau hanya merupakan replika0tanyakan pula secara detail tahun dibuatnya.
Kiat Praktis pilih Kursi Klasik Full View

Untuk menyahuti Perkembangan sosial, politik ekonomi dan budaya global yang telah mempengaruhi hidup dan kehidupan saat ini dan masa depan. Pendidikan diharuskan bersikap responsive, dan proaktif terhadap tuntutan masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan persekolahan. Tuntutan tersebut adalah agar dunia pendidikan persekolahan dapat memberikan layanan prima terhadap pelanggan atau pengguna jasa tersebut.
Tuntutan yang bersifat normative dari masyarakat biasanya berbentuk perubahan sikap dan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Inilah yang mengharuskan persekolahan dilibatkan secara proaktif dan responsive. Sehingga masyarakat menyadari bahwa peran yang mereka mainkan sebagai pengguna jasa pendidikan tidak jauh berbeda dengan peran yang dimainkan tenaga kependidikan yang bertugas dipersekolahan atau madrasah.
Salah satu untuk menjaring keterlibatan masyarakat dalam persekolahan adalah apa yang saat ini disebut dengan konsep managemen berbasis sekolah (MBS).
MPBS merupakan alternative baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Indikator keberhasilan MPBS yang harus dapat diukur dan dirasakan oleh stakeholders pendidikan adalah adanya peningkatan mutu pendidikan disekolah. MPBS pada perinsipnya bertumpu pada sekolah dan masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik. MPBS berpotensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efesiansi serta managemen yang bertumpu ditingkat sekolah.
Dalam buku Managemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Dirjen Dikdasmen Depdiknas (1999:6-7) diungkapkan beberapa indicator yang menjasdi karakteristik dari konsep MPBS sekaligus merefleksikan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak antara lain sebagai berikut:
1. Lingkungan Sekolah yang aman dan tertib.
2. Sekolah memiliki kepemimpinan yang kuat
3. Sekolah memiliki Misi dan target Mutu yang ingin dicapai
4. Adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (Kepala Sekolah, Guru, dan Staf lainnya, termasuk siswa) untuk berprestasi.
5. adanya Pengembangan Staf Sekolah yang terus menerus sesui tuntutan Iptek
6. Adanya Pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administrative, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan dan atau perbaikan mutu.
7. Adanya komenikasi dan dukungan intensif dari orang tua siswa dan masyarakat lainnya.
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa ada 6 persyaratan yang diperlukan dalam penerapan MPBS tersebut, Yaitu :
1. Pemilihan Kepala Sekolah dan Guru yang professional
2. Bentuk Partisipasi orang Tua
3. Motivasi dan Kemauan Orang Tua
4. Kemampuan Alokasi dana /Keuangan
5. Kualitas Pelajaran dan hasil lulusan
6. keterlibatan semua stakeholders pendidikan.

Sebagai tolak ukur dari keberhasilan impementasi MPBS adalah:
1. Efektifitas proses pelajaran
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat
3. Pengelola tenaga pendidikan yang efektif
4. Sekolah memiliki budaya mutu
5. Sekolah memiliki “Team work” yang kompak, cerdas dan dinamis,
6. Sekolah memiliki kemandirian
7. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat tinggi
8. Sekolah memiliki transparansi
9. Sekolah melakukan efaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan
10. Sekolah responsive dan antisipatif terhadap kebutuhan
11. Sekolah memiliki akuntabilitas
12. 0utput adalah perstasi sekolah
13. Penekanan angka drop out dan
14. Kepuasan staf sesuai dengan tugas dan kewenangannya.


Dengan demikian menjadi suatu keharusan kita terus berusaha agar peningkatan Pendidikan di Indonesia dan di wilayah Kabupaten Kota khususnya di Kabupaten Pakpak Bharat Kabupaten Dairi bersinergi demi kemajuan pendidikan dimasa-masa akan datang.
Harapan penulis sesungguhnya adalah tulisan ini sebagai sebuah bahan masukan karena begitu banyaknya tantangan pendidikan kita, bahkan penulis merasakan langsung tidaklah semudah membalikan telapak tangan membangun sekolah yang mempunyai Kemandirian dan Sekolah yang berprestasi. Akhirnya kita bersama sama memikirkan, memberi dukungan dari segi materil dan non materil perkembangan dunia kependidikan yang berkelanjutan. Semoga. (Oleh : Raja Aidil Angkat )


MANAGEMEN PENDIDIKAN BERBASIS SEKOLAH Full View

HOME | ABOUT

Copyright © 2011 SANG KREATORISIDIKALANG | Powered by BLOGGER | Template by 54BLOGGERCoolbthemes.com.